Swaralamadjang.my.id - Kelurahan Kalibaru Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara, jadi sentra pengrajin ikan asin. Kehidupan masyarakat di sana kebanyakan berprofesi sebagai nelayan produsen ikan asin.
Hari ini, pukul 07.00 pagi, para nelayan kembali kedaratan dan mulai menunjukkan ikan ikan hasil tangkapan mereka kepada para pembuat ikan asin.
Sayangnya kali ini tangkapan mereka tidak begitu banyak. Mereka menyebutnya hari bulan terang atau bulan purnama. Hari ini rata rata nelayan hanya membawa ikan teri dalam jumlah sedikit.
Sebut saja Rangga, salah satu dari sekian banyak pembuat ikan asin di Kelurahan Kalibaru Jakarta. Untuk diketahui, dari 15 rukun tetangga di sentra produksi ikan asin, 7 diantaranya dihuni oleh warga yang berprofesi sebagai nelayan produsen ikan asin dan pengupas kerang hijau.
Kebanyakan dari mereka merupakan perantau dari Sulawesi Selatan dan Jawa Tengah yang sudah puluhan tahun tinggal di Jakarta.
Setelah ikan diantar oleh para nelayan, Rangga dengan diantar kedua karyawannya langsung mengolah ikan teri. Sebelumnya, ia menyiapkan api yang akan digunakan untuk merebus air yang telah diberi garam.
"Ya, ikan harus direbus lebih dulu, paling tidak 2, 3 menit agar cepat kering. Permintaan pasar memang begitu," terang Rangga, Senin (28)10/2024) siang.
Rangga menceritakan, bahwa setelah hampir 3 menit ikan yang direbus langsung diangkat dan dibawa ketempat penjemuran. Namun ia juga menerangkan jika sesungguhnya ada taknis khusus untuk menjemur ikan ikan itu.
"Dalam menjemur ikan teri ada tekhnik khusus yaitu dengan cara memutar keranjang perebus agar merata dan tidak gampang hancur," tutur Rangga.
Jika hasil tangkapan ikan sangat minim seperti gari ini, hanya cukup untuk membayar upah 2 orang pegawainya. Masing masing sebesar Rp150 ribu per hari. Rangga juga harus mengeluarkan Beaya perahu yang mengangkut hasil tangkapan nelayan sebesar Rp2.500 per keranjang dan Beaya buruh angkut sebesar Rp4.000 ribu per keranjang.
Namun pada masa bulan purnama kali ini, Rangga hanya mendapat 10 keranjang, masing masing dengan berat sebesar 18 kg. Ia mengungkapkan pada masa tangkap ikan melimpah, Rangga mengaku pernah memproduksi ikan asin hingga lebih dari 2 ton sehari dan menghabiskan 6 kwintal garam. Hasil produksi ikan asin ini kemudian dibawa ke pasar dan dijual sekitar Rp43 ribu per kilo gram.
Namun bagi para pedagang, tahun ini merupakan tahun yang sangat lesu, karena tidak banyak orang yang membeli ikan asin. Menurut salah seorang pedagang ikan asin di pasar Kalibaru, Sulistyowati mengatakan, dibandingkan masa pandemi dengan tahun ini, daya beli masyarakat diakuinya memang sangat menurun. Hal ini tentu berdampak pada pendapatannya.
"Sekarang kan keadaan ekonomi sedang lemah ya, jadi pasarannya juga melemah. Ini titik terendah di pasar ikan asing tahun ini," terangnya.
Dia menambahkan, walau kemarin sempat profit karena pembeli ikan asin melalui pesanan lewat online sempat ramai. Tapi kalau sekarang ini daya beli masyarakat sedang menurun banget. Pengakuannya, meski pembeli ikan asin turun hingga 70 persen, namun pasar ikan masih stabil. (red)
.
0 Komentar