Swaralamadjang. my.id - Ibu Indah Wahyuni, Penjabat (Pj). Bupati Lumajang yang saya hormati. Saya sengaja menulis surat t erbuka ini semata-mata untuk memberikan pemahaman kepada publik, bahwa siapa pun berhak memberikan masukan, kritik membangun (constructive criticism) kepada pemangku kebijakan di negeri ini. Yang dilarang adalah mencaci maki dan membuat kabar hoax.
Ibu Indah Wahyuni, saya yakin sampeyan paham bahwa Pj kepala daerah itu harus netral dan berkomitmen menyukseskan Pemilu dan Pilkada Serentak 2024. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 tentang Pemilihan Kepala Daerah. Jika tidak, itu sama artinya dengan mencederai demokrasi dan bisa memancing pertikaian di antara kontestasi dan loyalis calon bupati dan wakil bupati.
Oleh karena itu, sebelum semuanya terlambat, Pj kepala daerah, Sekretaris Daerah (Sekda), dan para kepala dinas hingga pejabat tingkat bawah di lingkungan Pemkab Lumajang, sebaiknya fokus menjaga ketertiban dan kondusifitas. Tidak malah sebaliknya, menyulut api permusuhan, ketidak sukaan, dan ketidak percayaan publik. Apalagi Lumajang disebut salah satu daerah yang sangat rawan dalam pemilihan kepala daerah (baca : surabaya.kompas.com/read/2024/06/26/205546378/pilkada-2024-lumajang-pasuruan-dan-pulau-madura-masuk-kategori-sangat-rawan).
Ibu Pj ingat, beberapa waktu yang lalu muncul kasus penembakan dengan senapan angin rumah salah satu pendukung bakal calon Bupati Lumajang hingga kaca rumahnya pecah? Di susul kemudian muncul kampanye hitam (menyandingkan foto calon bupati dengan orang lain yang bukan calon wakil bupati pasangannya) dengan tujuan melecehkan dan menyerang pribadi (character assination).
Kemudian disusul lagi dengan tontonan tak menarik oknum pejabat di lingkungan Pemkab Lumajang yang menghadirkan salah satu bakal calon bupati saat event festival rujak otek - Candipuro Culture Festival, di Kecamatan Candipuro, Lumajang. Padahal itu jelas-jelas acara yang digelar pemerintah.
Di sana, sebuah video berisi pidato diduga kampanye bakal calon kepala daerah viral di media sosial TikTok. Video itu pertama kali diunggah akun @syahwalali, pada Minggu (21 Juli 2024). Video berdurasi 2 menit 25 detik itu telah ditonton lebih dari 2.700 kali sejak pertama kali diunggah.
Dalam video itu, pengunggah juga menuliskan kalimat "Festival rujak otek, event rakyat atau event kampanye? Apa memang pemerintah punya kebiasaan seperti ini? Ayo dong Pak Sekda tolong ditindak, oh iya BPK yang kayak gini apa bukan temuan?" tulis akun @syahwalali. Dalam video, salah satu bakal calon bupati di Lumajang mengatakan mohon izin dan doa restu untuk maju sebagai calon bupati.
"Saya tidak kampanye bapak ibu, saya hanya mohon izin, mohon doa restunya, tanggal 27 November ada pilihan bupati dan saya akan maju sebagai calon bupati," ucapnya dalam video tersebut.
Pertanyaannya adalah, mengapa event tersebut menghadirkan bakal calon bupati? Buat apa? Parah memang, tapi itulah faktanya. Lebih parah lagi, Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Lumajang, Yuli Haris, seperti kaget (entah kaget beneran atau kaget-kagetan) dengan mengatakan, “Betul memang ada pidato itu (bakal calon bupati perempuan, Red), saya juga kaget karena memang saya datang sebagai tamu undangan untuk membuka acara”. Kaget betul apa pura-pura kaget, Bu Kadis?
Karena logikanya, meskipun acara tersebut merupakan event desa, minimal Kepala Dinas Pariwisata sebagai fasilitator dan promotor paham betul siapa saja pejabat dan non pejabat di lingkungan Pemkab Lumajang yang bakal dihadirkan pada event ini. Apalagi, Kadis Pariwisata ini mengaku sebelum event digelar sudah diajak diskusi oleh para kepala desa sekitar. Ini yang kemudian membuat tingkat kepercayaan publik (public trust)kepada pemerintah daerah semakin menurun, bu Kadis. Paham kan, bu kadis? (Baca : https://surabaya.kompas.com/read/2024/07/23/095157078/video-viral-bacakada-lumajang-kampanye-saat-kegiatan-pemkab-begini).
Belum reda kasus viral dihadirkannya bakal calon bupati perempuan ke event pemerintah ini, muncul statmen baru yang membuat kontroversial. Tidak tanggung tanggung, statmen ini dilontarkan sendiri oleh sampeyan sebagai seorang Pj Bupati Lumajang, bu.
Ibu Pj. Bupati yang terhormat. Awalnya, publik hormat betul kepada sampeyan. Kehadirannya di Lumajang terlihat benar-benar seperti akan menjadikan Lumajang lebih maju ketimbang kabupaten lainnya. Sampeyan juga terlihat mampu meletakkan sendi-sendi demokrasi, meskipun jabatan Pj bupati hanya 1 tahun lebih sedikit. Bahkan publik menilai, sampeyan benar-benar akan netral tidak akan terperosok ke pusaran politik.
Bahkan menjelang pilkada 2024, sampeyan mewanti-wanti lewat berbagai media agar ASN Netral, ASN dan Kades Lumajang wajib netral! Pemkab Lumajang Bakal Kasik Sanksi Tegas ASN Tak Netral dalam Pilkada. Itu yang sering dilontarkan hampir dalam setiap pertemuan dan ditulis besar-besar oleh media. (baca : https://beritajatim.com/pemkab-lumajang-bakal-kasih-sanksi-asn-tak-netral-dalam-pilkada. Baca : https://jatim.antaranews.com/berita/780660/pj-bupati-ingatkan-netralitas-asn-jelang-pilkada-lumajang. Baca : https://www.rri.co.id/daerah/692631/pemerintah-lumajang-akan-menindak-tegas-asn-tidak-netral-dalam-pilkada. Baca : https://portalberita.lumajangkab.go.id/main/baca/aXGNgpVu. Baca : https://beritabangsa.id/2024/07/23/pemkab-lumajang-tindak-tegas-netralitas-asn-jelang-pilkada-2024/. Baca : https://www.mediapedomanindonesia.com/daerah/874653403/asn-dan-kades-serta-perangkat-desa-wajib-netral-pada-pilkada-lumajang-pj-bupati-sanksinya-berat-jika-tidak-netral.
Namun, beberapa bulan terakhir ini (maaf) rasa hormat itu mulai luntur karena iman politik Bu Pj. Bupati Lumajang mulai tergoda. Sampeyan mulai berani melontarkan statmen bukan pada tempatnya, bukan waktunya, dan tidak seharusnya dilontarkan karena bisa menimbulkan ketidak percayaan publik. Sampeyan sedikit mulai lupa bahwa tugas Pj Bupati bukan untuk mengendors bakal calon bupati tertentu. Apalagi sampai memunculkan kata-kata bahwa bakal calon bupati tertentu suaranya MENGUAT.
Ibu Pj masih ingat saat menghadiri sebuah acara? Dalam rekaman video, sampeyan melontarkan kalimat,“ beliau ini namanya Bu Indah Amperawati. Namanya hampir sama dengan saya, sehingga kadang-kadang orang itu lupa siapa bu Pj. nya dan siapa bu Indahnya. Saya kadang-kadang diberi ucapan selamat oleh teman-teman, waduh suaranya menguat. Gak tahunya bukan saya. Beliau Bunda Indah Amperawati Wakil Bupati Lumajang masa jabatan tahun 2018-2023”.
Jenengan melontarkan narasi ini sambil tertawa seperti bahagia tanpa berpikir panjang bahwa jenangan merupakan publik figur dan milik seluruh masyarakat Lumajang. Silahkan putar, dengarkan, simak, dan renungkan sendiri video yang beredar di medsos dan grup-grup WA, bu Pj. Di forum itu ada bakal calon bupati perempuan yang dimaksud.
Lagi-lagi kita bertanya, buat apa Ibu Pj. melontarkan statmen itu? Apakah lupa bahwa seorang ASN, apalagi seorang Pj. Bupati harus menjaga netralitas, harus menjaga agar lidah tak bertulang ini tidak sampai keseleo yang pada akhirnya dikhawatirkan bisa menimbulkan ketidak harmonisan di antara masyarakat Lumajang sendiri.
Bukankan Bu Pj. Berkali-kali menekankan kepada seluruh ASN agar netral dalam pilkada 2024? Kalau Ibu Pj. sendiri mulai tergoda, apalagi (misalnya) menjadi nahkoda untuk tidak netral, apa kata dunia?
Bu Pj Bupati Lumajang lebih baik bekonsentrasi menyelesaikan tugas-tugasnya yang tinggal seumur jagung, termasuk ikut bertanggung jawab pilkada Lumajang 2024 berjalan aman, lancar, demokratis, dan tidak menimbulkan chaos. Kalau itu yang sampeyan lakukan dan berhasil, maka namamu akan dikenang dan dicatat hingga ke anak cucu kita di Lumajang dan luar Lumajang.
Buktikan bahwa Bu Pj. menorehkan bekas yang baik (husnul khotimah) bukan meninggalkan hal-hal buruk dan persepsi negatif (su’ul khotimah) dengan cara menyelelesaikan tugas dan kewajiban serta tidak tergoda iman politiknya untuk cawe-cawe dalam pilkada Lumajang 2024.
Selamat bertugas Bu Pj. Masyarakat Lumajang sedang melihat, menilai, dan mengawasi tugas akhir sampeyan. Semoga bau bunga harum yang sampeyan tinggalkan untuk masyarakat Lumajang, bukan bau bangkai yang menyengat dan memabukkan. Semoga.
Penulis : Syamsudin Nabilah, Alumni Ponpes An Nuqayah Guluk-Guluk Sumenep Madura. Mantan Aktivis Kampus Universitas Jember
0 Komentar