Swaralamadjang.my.id - Menjelang datangnya bulan suci ramadhan, sejumlah harga komoditas pangan terus melonjak. Hal ini pun banyak dikeluhkan oleh masyarakat.
Dampak harga beras yang masih tinggi membuat para pedagang makanan harus putar otak untuk bisa mempertahankan dagangannya di tengah harga beras yang masih meroket.
Kenaikan harga beras yang masih tinggi ini tidak hanya dirasakan oleh pedagang ataupun pembeli di pasar, melainkan para pelaku UMKM. Termasuk salah satunya pengusaha warung makan yang ada di Pasirian ini.
Untuk menyiasati kenaikan harga yang tinggi ini, pihaknya mengurangi setiap porsi dagannya. Menurutnya, menjual makanan seperti menjual nasi ini sama halnya dengan menjual bahan pokok dari penjual nasi.
"Ya untuk menyiasati ini salah satunya mengurangi porsinya. Misalnya kalau satu porsi biasanya dua centong saya kurangi setengah centong," kata Misriyah penjual nasi di dekat pasar baru Pasirian, Sabtu (2/2/2024).
Dengan masih tingginya harga beras ini, ia menyampaikan kadang kadang biasanya membeli beras 15 kilogram, sekarang cuma bisa beli 10 kilogram.
"Kadang kadang saya belanja beras di pasar ini 15 kg sekarang cuma bisa beli 10 kg, karena uangnya tidak cukup. Sebelumnya harga beras ini Rp 11 ribu, tapi sekarang naik pada kisaran Rp 15 ribu rupiah," imbuhnya.
Ia berharap kepada pemerintah agar harga beras tidak terlalu naik. Dengan naiknya harga beras ini dikhawatirkan semua harga komoditas pangan seperti harga telur, minyak, semua ikut naik.
Mnginjak hari datangnya bulan suci ramadhan, harga beras masih terpantau tinggi. Padahal biasanya, pada saat bulan ramadhan semua orang akan berbelanja. Tetapi dengan harga yang masih tinggi akan menimbulkan keresahan masyarakat.
Sementara kenaikan semua bahan pokok di Lumajang jadi sorotan Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indah Parawansa, terutama harga beras. Sebab harga beras medium itu berada di urutan kedua di Jawa Timur pada harga Rp 11.300 per kilogram. (red)
0 Komentar